Lelaki di Persimpangan



Penulis: Muh. Ramli
ISBN: 978-602-443-170-9
Penerbit: Guepedia Publisher
Ukuran: 14 x 21 cm
Tebal: 160 halaman
Terbit: Kamis, 28 Juni 2018

 
Pikirku hanya tertuju pada passion-ku untuk menjadi mahasiswa yang mengukir prestasi. Namun hati siapa yang tahu. Hati bisa berubah dari tidak ada cinta menjadi cinta. Dan apa yang kita ketahui tentang cinta terkadang salah dalam interpretasi yang sesungguhnya.
Apapun yang kau dengar dan katakan tentang cinta
Itu semua hanyalah kulit,
Sebab, inti dari cinta adalah sebuah rahasia yang tak terungkap.
Aku berusaha kuat untuk mengikuti jejak cinta yang luar biasa oleh sahabat Ali bin Abi Tholib dan putri Rasulullah; Fatimah az Zahra. Yang dengan-Nya Allah Ridho dengan kisah cinta mereka yang mereka jaga sampai Allah memberikan keputusan-Nya. Menjadikan mereka berjodoh. Menyatukan mereka dalam ikatan halal penuh berkah.
Cinta, perjuangan, pengorbanan, air mata dan asa terkumpul menjadi satu ramuan dalam buku ini. Mengajar kepada kita tentang satu hal bahwa “hidup mengajarkan kita untuk berbagi dan memilah yang lebih baik.”

***
Salah satu bagian isi,


Qadarullah, aku berhasil menyelesaikan study-ku dengan predikat Cumlaude. Begitupun dengan dirinya masuk dalam kategori sepuluh mahasiswa terbaik di kampus kami. Namun, predikat gemilang yang aku dapatkan dalam bidang akademik tidak menjadikanku berani untuk mengutarakan rasa yang ada dalam diriku.
Rasa yang sejak dulu ada untuk dirinya. Rasa yang kian hari semakin besar untuk dirinya. Namun tak bisa kutepiskan rindu untuk selalu melihat dan bersamanya meskipun nuraniku menolak bahwa hal seperti itu bukanlah hal yang pantas ada dalam diriku.
Aku hanya mampu untuk selalu memohon kepada Dzat yang mengenggam hatiku untuk selalu menjagaku dalam keadaan apapun sehingga nantinya aku tidak melewati batas.
Hari-hari berbeda kulalui. Tak seperti halnya ketika aku menjadi mahasiswa. Kini fokusku bagaimana aku menginterpretasikan ilmu yang aku dapatkan selama kurang lebih 4 tahun itu.
Fokusku untuk mencari kerja guna menghindari stigma masyarakat tentang sarjana yang hanya menambah jumlah pengangguran. Namun jauh dari itu semua, aku belum fokus dan belum mempunyai rencana untuk melabuhkan hatiku padanya dalam ikatan yang hal di mata Allah dan agama.
Namun, siapa yang tahu takdir manusia. Tak satupun kecuali Allah azza wajalla. Semuanya Dia-lah yang mengaturnya. Begitupun dengan halnya jodoh manusia, Dia-lah yang berhak untuk mengaturnya dan menentukan dengan siapa manusia mendapatkan pasangannya. Kita hanya dituntut untuk selalu berusaha dan  tawakkalkan semuanya dan memuarakan pada-Nya.
“Afwan, kalau ada undangan di simpan di mana?” tanyanya melalui via inbox akun facebook-nya. Aku mencoba mengerti maksudnya. Aku mencoba untuk berbaik sangka. Mungkin saja itu adalah undangan kegiatan atau undangan pernikahan teman kampus.
“Memangnya undangan apa?” ucapku cari tahu.
“Undangan walimah.” Jawabnya pendek.
“Walimah? Walimah siapa?”
“Walimahku. Insya Allah dalam waktu dekat ini.” Aku menatap dan membaca berungkali inbox via akun facebook-nya. Mencoba untuk menata hati. Menyadari bahwa tidak ada yang perlu untuk disesali atau menjadikan kita bersedih. Bukankah jodoh adalah rahasia dari-Nya? Pikirku untuk menguasai diri.
Barakallahu fikum atas pernikahannya. Insya Allah semoga dimudahkan dan berkah.”
Aku menyadari bahwa sepenuhnya aku belum menerima. Namun, kembali kutepiskan rasa yang bisa menjadi jalannya syetan untuk memperdaya atau melalaikanku. Menata hati untuk menerima ketentuan Allah bahwa semua yang Dia berikan adalah yang terbaik menurut-Nya.
Bukan menurut logika pikir manusia. Bisa jadi baik menurut kita namun belum tentu baik menurut Allah. Begitupun sebaliknya, kadang kita menganggap sesuatu itu buruk tapi belum tentu buruk bagi Allah.
Bahkan bisa jadi itulah yang terbaik bagi kita. Kita hanya harus dengar dan taat atas segala ketentuaan-Nya dan berharap Allah melapangkan dan meluaskan samudera kesabaran dalam hati kita untuk menerima semuanya.
Aku menatap diriku seperti disebuah persimpangan. Sebuah jalan yang memilki jalur dari segala arah dan belum tentu semua jalur arah itu baik menurut kita dan belum tentu buruk pula.
 ***


Comments