Kau…
Kini engkau telah pergi meninggalkan
tampias kerinduan
Mengukir kisah merajut makna dalam
labirin fana
Menemui titik menuju satu harapan
Menciptakan fatamorgana berlapis oase
Namun,
Tahukah kau? Aku selalu melihat rumus Tuhan
di mata senja.
Senja yang sama, terbit di timur dan
terbenam di barat.
Aku
bertanya….
Tuhan,
adakah rumus kehidupan yang lebih mudah untukku?
Ataukah,
sekedar rumus-rumus penawar gunda gulana,
Yang
lebih mudah dari rumus kimia atau fisika?
Aku
bertanya, pada senja yang sebentar lagi tenggelam pada perut bumi
Masih
adakah rumus Tuhan yang lebih mudah untukku?
Untuk
mimpiku?
Untuk
tujuanku?
Dan,
untuk hidupku!
Di mata senja,
Aku melihatmu. Melihat bayang-bayang
dirimu yang telah lama pergi
Meninggalkan secuil asa yang telah futur
Sebab rasa yang telah merasa,
Sebab rasa yang tak siap.
Di mata senja,
Rumus Tuhan kutemukan. Menyatu dalam
alunan simponi melankolis
Menina bobokan diriku,
Untuk hanya melepas beban tak
terperihkan ini.
Tapi,
Tahukah kau? Mengertikah kau? Pahamkah
kau?
Kemana semua itu akan berlabuh?
Kemana semua itu akan terhenti?
Kemana semua itu akan bermuara?
Aku!
Aku tahu, sebab…
Sebab kulihat sebuah melodi,
berjudul rumus Tuhan di mata senja.
(Sinjai, 20 Mei 2014)
Comments
Post a Comment